Jumat, 13 April 2012

Buku Biografi A.R.Moese Sudah Terbit

Takengon | Lintas Gayo - Setelah empat tahun (2008), akhirnya biografi musisi Aceh asal Takengon, tanoh Gayo, A.R.Moese, diterbitkan juga. Kepastian ini langsung diperoleh dari keluarga. “Karena keterbatasan dana yang dimiliki keluarga, sementara, kita cetak 1000 eksemplar. Nanti, kita lihat, apakah memungkinkan cetak kedua. Atau, direvisi setelah adanya masukan dari pembaca, tambahan, dan pendalaman data dari penulis,” kata Pia Ardiagarini, anak sulung Moese, di Belang Mersa, Takengon, Kamis (12/4/2012) didampingi anggota keluarga lainnya. Lebih lanjut, ujar Pia menjelaskan, buku yang ditulis Yusradi Usman al-Gayoni ini diterbitkan Pang Lingè dan Research Center for Gayo (RCfG) dengan ISBN 978-602-18086-1-0. Ditanya soal harga, Pia mengungkapkan, buku ini dijual Rp. 50.000,- /buku. “Barangkali, ada yang mau memiliki buku ini, bisa langsung dipesan ke Zola Music Course di Belang Mersa Takengon (rumah alm). Juga, bisa melalui Forum Lintas Gayo (For LG)-lintasgayo@yahoo.com, dan Research Center for Gayo (RCfG) – researchcenterforgayo@yahoo.co.id. Tapi, sementara waktu, kita listing dulu. Soalnya, bukunya masih belum dikirim dari Jakarta,” ungkapnya. Di tempat yang sama, Ani Fatma, istri almarhum, mengungkapkan apresiasi dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada penulis biografi suaminya, Yusradi. “Kalau tidak ditulisnya, sudah hilanglah sejarah Bapakmu. Lebih-lebih, baru bisa terbit sampai empat tahun,” kata Alumni IKIP Medan (UNIMED) ini. “Oya Tuhen mi we mu beles se, Win,” sambungnya dalam bahasa Gayo (Apa yang dia lakukan, Tuhan lagi yang membalasnya, Win). Launching Sementara itu, Muhammad Dirgantara, putra kedua alm, menyebutkan, kemungkinan acara peluncuran sekaligus bedah buku tersebut akan digelar bulan ini juga. “InsyaAllah, coba kita usahakan tanggal 29 ni. Tanggal ini cukup istimewa. Sebab, Bapak lahir tanggal 29 April,” sebutnya. Namun, tergantung situasi juga, sambung putra ketiganya, Muhammad Dirgantara. “Apalagi, situasi Takengon lagi “memanas,”” katanya. Secara teknis, lanjutnya, kita (Zola Music Course) akan berkerjasama dengan Media Online Lintas Gayo terkait peluncuran dan bedah buku ini. (Kha A Zaghlul/red.03)

10 Gempa Terbesar di Dunia Sejak 1900

Setelah gempa 8,7 Skala Richter yang mengguncang Aceh, Sumatera Utara, dan Padang, 12 April 2012 lalu, berikut adalah 10 gempa terkuat yang pernah terekam sejak 1900 sampai sekarang. 22 Mei 1960 - Chile, gempa berskala 9,5 Skala Richter mengguncang Santiago dan Concepcion, menyebabkan gelombang laut dan ledakan gunung api. Sekitar 5000 orang terbunuh dan 2 juta orang kehilangan rumah. 28 Maret 1964 - Alaska, gempa dan tsunami yang terjadi sesudahnya membunuh 125 orang dan menyebabkan kerugian $310 juta. Gempa skala 9,2 SR ini menyerang Alaska dan bagian barat Yukon Territory serta British Columbia di Kanada. 26 December 2004 - Indonesia, gempa 9,1 SR menyerang pesisir Provinsi Aceh di Indonesia, menyebabkan tsunami yang membunuh 226 ribu orang di Indonesia, Sri Lanka, Thailand, India, dan sembilan negara lainnya. 4 November 1952 - Rusia, gempa 9 SR menyebabkan tsunami yang mencapai Kepulauan Hawaii. Tidak ada korban jiwa dalam gempa ini. 11 Maret 2011 - Jepang, gempa 9 SR menyerang Jepang, menyebabkan banyak korban. US Geological Survey memverifikasi gempa terletak di kedalaman 24,3 km dan pusatnya di 130,3 km timur Sendai, di pulau Honshu. Gempa ini adalah yang terkuat yang pernah tercatat di Jepang. Tsunami yang terjadi setelah itu memicu krisis nuklir paling parah dalam 25 tahun terakhir. Lebih dari 15 ribu orang tewas akibat kombinasi gempa dan tsunami. Filipina, Taiwan, dan Indonesia mengeluarkan peringatan tsunami. Peringatan tsunami dari Pacific Tsunami Warning Center mencapai Kolombia dan Peru. 27 Februari 2010 - Chile, gempa 8,8 SR dan tsunami menyebabkan tewasnya 500 orang dan kerusakan $30 miliar, merusak ratusan ribu rumah dan menghancurkan jalan-jalan tol serta jembatan. 31 Januari 1906 - Ekuador, gempa 8,8 SR menyerang pesisir Ekuador dan Kolombia, menyebabkan tsunami yang menewaskan 1000 orang. Getarannya terasa di sepanjang pesisir Amerika Tengah dan bahkan sampai San Francisco dan barat Jepang. 11 April 2012 - Gempa 8,7 SR menyerang Aceh, 495,6 km dari barat daya Banda Aceh. Getarannya terasa sejauh Singapura, Thailand, dan India. 4 Februari 1965 - Alaska, gempa 8,7 SR menghasilkan tsunami yang mencapai 10,7 meter tingginya di Pulau Shemya. 28 Maret 2005 - Gempa 8,6 SR di Nias, Sumatra membunuh 1300 orang. Sumber: Reuters/Situs U.S. Geological Survey Earthquake - http://earthquake.usgs.gov/

Senin, 02 April 2012

Akademisi dari Takengon Tulis Buku Ekolinguistik Pertama di Indonesia

Takengon | Lintas Gayo - Buku Ekolinguistik atau Ekologi Bahasa akan segera terbit. Ekolinguistik merupakan kajian yang melihat hubungan timbal balik antara Ekologi dan Linguistik. Keterangan ini langsung diperoleh dari penulisnya, Yusradi Usman al-Gayoni, melalui sambungan telepon, Senin (2/4/2012). “Sepengetahuan saya, ini buku pertama Ekolinguistik di Indonesia,” ungkapnya. Pun sudah ada sejak 40 tahun lalu, jelas Dosen STKIP Muhammadiyah Aceh Tengah itu, kajian ini baru ada (secara formal) tahun 2007 di Universitas Udayana Bali. Selanjutnya, 2009 di Universitas Sumatera Utara (USU) Medan. Namun, kajian, penelian, dan publikasi terkait Ekolinguistik masih sangat terbatas. Beliau mencontohkan, sampai 2010, sajian informasi Ekolinguistik masih sedikit sekali. Termasuk, dalam penelurusan di internet “google,” baru ada 3 halaman. “Mengingat pentingnya kajian ini terhadap lingkungan dan bahasa (lebih luas: nilai, budaya, dan peradaban manusia), masih terbatasnya dan besarnya kebutuhan informasi terkait, makanya saya buat buku ini,” katanya. Namun, dia mengakui, apa yang ada dalam buku itu masih sebatas informasi awal. Dengan demikian, perlu didalami dalam bentuk pelbagai kajian dan penelitian lanjutan oleh akademisi lainnya. Lebih lanjut, dia menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada sang guru, Prof. Aron Meko Mbete yang telah “mengenalkan” kajian ini padanya (Khalisuddin). Sumber: Media Online Lintas Gayo (2/4/2012)

The First Ecolinguistics's Book in Indonesia