Kamis, 28 Juli 2022

Ini 175 Sifat Orang Gayo, Terungkap dalam Bincang Budaya Pusat Kajian Kebudayaan Gayo

Laporan Fikar W Eda I Jakarta SERAMBINEWS.COM,JAKARTA - Pusat Kajian Kebudayaan Gayo bekerja sama dengan Mahara Publishing menggelar Bincang Budaya, membahas tentang 175 sifat orang Gayo. Bincang Budaya diselenggarakan secara virtual, Senin (28/3/2022) menghadirkan pembicara Kamaruddin, penulis buku "Jirim Jisim: Aneka Sifat Manusia dalam Perspektif Gayo.' "Bincang Budaya ini merupakan kegiatan perdana tahun ini. Pusat Kajian Kebudayaan Gayo berdiri tahun 2004 dan dinotariskan tahun 2006. 2006-2021 dikelola alm. Pak Isma Tantawi. Ada dua pengurus yang sudah berpulang ke rahmatullah: Prof. H. Muhammad Daud, S.H. dan Drs. Isma Tantawi, M.A. Karenanya, pusat kajian ini coba direstrukrisasi," kata pendiri sekaligus Ketua Pusat Kajian Kebudayaan Gayo, Yusradi Usman al-Gayoni, saat mengantarkan Bincang Budaya tersebut. Acara tersebut diikuti berbagai kalangan, birokrat,seniman dan pemerhati budaya. Dalam paparannya, Kamarudin, menjelaskan, jirim adalah segala hal yang berkaitan dengan tingkah laku, tindak tanduk atau gerak gerik. Sementara, jisim berarti mimik atau ekspresi wajah yang menggambarkan perasaan hati seseorang atau bentuk komunikasi nonverbal. "Dalam istilah Gayo disebut sirem. Misalnya, gere jeroh sirem me atau metuh sirem me. Jirim jisim juga dikenal dengan istilah begi, perange, fiil, perasat, unang, dan pel-oh," sebut penyusun TTS Gayo tersebut. Apa saja 175 sifat yang melekat dalam diri orang Gayo tersebut, inilah rinciannya. 1. Mu Tape Ikot /Mu Pemeliten (pandai menyimpan rahasia) 2. Gemasih (pemurah) 3. Setie (loyal) 4. Betul Letep (tidak pandai berneko beko) 5. Kemangan (pemalu) 6. Lomes (bermulus manis) 7. Peturut (memperhitungkan kebaikan) 8. Bung (tega) 9. Jengkat (sombong) 10. Ko-eh (punya niat buruk) 11. Napek (tidak mampu memegang amanah) 12. Tema-ah/Tamak/jekopen (rakus) 13. Loba ( rakus namun tidak di dukung oleh kemampuan cukup) 14. Rie (ria) 15. Rampus (anggap sepele) 16. Jis (tidak menghargai) 17. Petukel (labu) bermakna membanggakan diri 18. Gah Gernang (Deret Pedet Was Mu Luang) (ucapan dan kenyataan berbeda) 19. Tipak dagu (tidak menghargai karya/kebaikan orang lain) 20. Jurah Siku (memberi untuk mengaharapkan imbalan) 21. Angukni Itik Boh Lemu (tindakan untuk menyenangkan sesaat) 22. Gegeben (ceroboh) 23. Tengkap Asap (mengambil keputusan sepihak) 24. Lidem (lebay/mencari perhatian orang lain) 25. Pekacang (bersandiwara untuk berbohong) 26. Pepumun (suka mengambil harta orang lain) 27. Gedok Ni Senuk (mampu mensiasati masalah) 28. Porak Taingkurik (sesaat) 29. Bening Lokot (turah jontok baro mugemot) (tidak memiliki inisiatif) 30. Jolok Bengkon (memperkeruh suasana) ) 31. Merke (pemalas) 32. Pegeson (pengecut) 33. Pesalah (suka merajut namun dalam waktu yg tidak lama) 34. Jomeng (merajuk hingga sampai seumur hidup) 35. Ukang/Dangkalan (suka membantah tidak mendengarkan nasihat) 36. Bebetulen (kaku/tidak pandai bercanda) 37. Duyus (akalni jema gere siet akal dirie gere temus) (tidak memiliki inisiatif dan menerima saran orang lain) 38. Belahni uluh (tatang si atas lengat si tuyuh) (penjilat dan mengorbankan orang lain untuk kepentinganya) 39. Semayang (penyayang) 40. Tekabur (takabur) 41. Kekocahan (suka pamer) 42. Retak Tiris (menyia nyiakn harta) 43. Ukur Banga (si patut kin nise nge kin jema) (sial dan lamban) 44. Tungang (tidak memperhitungkan resiko) 45. Sintak sedengak (berbicara keras dan kasar) 46. Bojor (blak-blakan) 47. Cecor (pandai/lihai berbicara) 48. Bingit (kejam) 49. Bicer (agresif) 50. Ojom/Coco (suka bertindak mendahului) 51. Anakni Ruk (tidak memiliki pendirian) 52. Cemburu Ngang (pecemburu) 53. Unung Unung (kusi kesip kone manung) (ikut ikutan) 54. Ilet (curang) 55. Timun Gedok (ke timang betul nguken mupolok) (mempertahankan sikap walaupun salah) 56. Umping/Semping (sensitif) 57. Bebutuhen/Jejotongen (arogan) 58. Pebengis (pemarah) 59. Mamuk Ilang Put (suka mengorek-ngorek permasalah diantara dua orang yang sedang bersengketa) 60. Kucing Mah Uwak/Pejalu (mengadu domba) 61. Nesu Neges (genap gere genap pues gere pues) (serakah) 62. Terjah (kasar) 64. Tangak (bersikap tinggi) 65. Tonga (selalu mencari masalah) 66. Keliling (di tinjau dari segala aspek perbuatanya lebih ke arah yang tidak membawa manfaat) 67. Juge (kumpulan dari sifat terjah, empah, tangak, tongah, tonga dan keliling) 68. Jih (dapat di atur oleh orang lain) 69. Lengek Jampuk (berjiwa seni) 70. Cerel (mentel) 71. Setie (setia) 72. Mersik ( berpendirian kokoh) 73. Bidik ( cepat dan cekatan) 74. Lisik (rajin/militan) 75. Suket Kuah Nile Usi ( ) 76. Teger Isang (tidak bisa dinasihati) 77. Teger Porol (berani, pantang menyerah) 78. Perancut (hampir semua sifat buruk terdapat dalam dirinya) 79. Kurik Pedatas (Ngeke Jemur Nicingi Alas) (berbuat onar dan suka menodai kampung sendiri) 80. Cekeng (tidak membiarkan orang lain melakukan kesalahan) 81. Okeng (pemarah dan suka tindak kasar) 82. Tue Lengkues (makin tue makin beges) (makin tua makin jadi) 83. Tue ni Rom (makin tua makin sadar diri) 84. Pekerana (mengolok olok kelemahan dan kekurangan orang lain) 85. Bebel (masa bodo, cuek) 86. Menye (manja) 87. Parang Munuk (len berarap len bekuduk) (bermuka dua) 88. Kapok Berok (mencampuri urusan orang lain) 89. Mano kemang ujung (membesar besarkan masalah) 90. Sintak Repek (mudah berbicara kasar) 91. Keramil Dodoh (berusaha di perantauan membangun di negeri sendiri) 92. Keloang Gerbang (dikala berusaha rukun dan kompak namun setelah berhasil bercerai berai) 93. Anak ni Re (hubungan antara anak dengan anak yang lain dalam satu keluarga sangat kompak) 94. Anakni Legen (anak yang selalu membuat sulit orang tuanya) 95. Anakni Terbil (seorang anak yang selalu menyakiti orang lain bila lepas dari pantauan ayah/ibunya 96. Anakni Kite (anak yang dapat dijadikan sandaran dihari tua, namun setelah orang tuanya meningal hubungan mereka jadi retak dan bercerai berai) 97. Titok Legen (sa demu kin lewen) (selalu mendapat musuh) 98. Sompong Segapa (menggagalkan usaha orng lain) 99. Angun Para (tidak mengejar waktu) 100. Lemang (suka berbicara nakal) 101. Dedawan Lipet (len beroas len bederet) (licik) 102. Rerang mu garui tetuke (ber prasangka buruk) 103. Lenge Tuang Buluh (tidak dapat di tebak) 104. Ngengilen (ngeyel) 105. Asam Kuncir (lemak iawah lungi ibibir) (bermulut manis) 106. Nitung Koro Ari Atan Koro( melihat kesalahan orang lain lupa akan kesalahan sendiri) 107. Kemel Kemoh(malu-malu tapi mau) 108. Si Tunging Buyung (mengumbar rahasia sendiri) 109. Jejok Ines (ulu tungkuk mata cules) (berbicara tidak menatap mata lawan bicara) 110. Sompong Ungak ( suka memotong pembicaraan) 111. Kaming Ujung Mungkur (bio ngeltis tegu nyentur) (jika dijadikan atasan menyakiti bawahan, jika dijadikan bawahan berupaya menjatuhkan atasan) 112. Kude Langsat (patah ejer gere mengen manat) (melanggar amanah) 113. Tuen Petimah (berjiwa lembut dan penyabar) 114. Tejem Kemili (tejem ku jema tumpul ku diri) (tidak ber prilaku adil) 115. Tejem Lopah (memangan ku tuyuh tejem semelah, nuruhen cerdik ku si gere pane, nuruhen Teger ku si lemah) (kuat dan berani jika berhadapan dengan orang yang lemah) 116. Lengkung Paruk (menyelipkan kepentingen individu maupu kelompok dalam kepentingan umum) 117. Gedok ni Besi (seseorang yang terjebak dalam perbuatan salah namun dapat di kembalikan ke jalan yang benar setelah di nasihati) 118. Bengkuang gewat (menyampaikan kehendak tidak secara langsung atau blak blakan akan tetapi secara halus dan penuh kesopanan) 119. Lulus Jarum Lepas Keri (memiliki strategi) 120. Kucing Meor/Si Mirah Mata ( lelaki yang suka selingkuh) 121. Tasak Matah (suka melakukan perbuatan baik juga suka melakukan perbutan buruk) 122. Tukang Serit (memperumit masalah) 123. Pancing/pejile (cepat jijik dengan hal sedikit kotor) 124. Pecogah(pembohong) 125. Lelih (lebay) 126. Tulok Wan Upuh Kerung (membuat fitnah tersebunyi) 127. Osop Nengel buh Ceras (menghilangkan budi baik orang lain) 128. Sene Bubak (bercanda/guyonan tidak terukur dan teratur) 129. Sene Bube (bercanda/guyonan secara terukur dan teratur) 130. Gere Puter Tanuk Puter kemiring(nekat, kata pepatah: tak ada rotan akarpun jadi 131. Soro Gadung (bertindak tanpa perencanaan yang matang) 132. Edang Sile Leming Silu(jika berurusan dengan hasil bersemangat, sewaktu berjung menghindar) 133. Tempuh Opop (setiap bekerja harus di bantu oleh orang lain) 134. Mutihni Salak (pencitraan) 135. Pacah (lasak) 136. Nangka ipenenangka (melangkahi ucapan sendiri) 137. Jago Lipet (piawai membolak balikkan fakta) 138. Nyurung ku Lah (menjerumuskan orang lain) 139. Si Rantol Awis (gemar berpindah-pindah tempat tinggal) 140. Salah One (merajuk tanpa diketaui sebab yang pasti) 141. Pat Dedol (tindakanya selalu atas perintah orang lain) 142. Lemek Lemek Bau (pura pura baik) 143. Loh (orang gayo yang bekerja sama dengan penjajah dan menindas negeri/bangsanya sendiri) 144. Tulok Jeram Doa Seliut (membelokkan pembicaraan orang lain untuk tujuan tertentu) 145. Lekat Kukut Lekat Sawit (seseorang yang ingin memiliki sesuatu dengan memberi syarat tertentu) 146. Ara Tikik Nome Ruhul (menyia-nyiakan waktu) 147. Ringen Tulen (gampang diperintahkan) 148. Berat Tulen/Beret Tunun (susah diperintahkan) 149. Petiro (suka meminta-minta) 150. Cang belalang (mate gasing jelas utang) (hanya sebatas kepentingan diri) 151. Blanca (tidak bisa di atur "sifat ini untuk anak laki laki yang masih berusia remaja) 152. Napsi-Napsi (individualisme) 153. Mice (tidak ber prilaku bersih) 154. Nipe Roa Ulu (ber kepribadian ganda) 155. Ngawah (berbicara hasil dikala masih berjuang) 156. Anak ni Gerantung (anak yang masih memiliki ketergantungan dengan orang tuanya padahal telah menikah) 157. Anak Nangka (anak yang tidak kompak dalam satu keluarga) 158. Koro Beruksah (Iyo Gere Belup Soboh Gere Beluah) (ber prilaku liar dalam kehidupan sehari-hari) 160. Cecah Kelaping (bualan kosong/banyak bicara) 161. Mecahni Time (suka menjadi pemimicu masalah) 162. Rengang Orot (bertindak ragu ragu) 163. Cempanir (memamerkan usaha atau milik orang lain) 164. Si Runtuh Agih (tukang rusak/perusak) 165. Serbe Gorak (bekerja asal jadi) 166. Renggali Ijo (wanita perebut suami orang lain) 167. Girang Tali (jago kandang) 168. Girang pelulut (jarak girang nge dekat lemut) (berani : hanya di belakang lawan) 169. Mu Kekanakan (kekanak kanakan) 170. Cerdik (mampu merubah tantangan menjadi peluang) 171. Beberen (gampang nangis) 172. Adil (menempatkan segala sesuatu sesuai kebutuhan) 173. Kasih (memiliki kedekatan emosional dengan orang lain) 174. Benar (berbicara dan bertindak selalu sesuai peraturan) 175. Suci (tulus, jiewanya tidak terkontaminasi oleh hal hal buruk).(*) Sumber: https://aceh.tribunnews.com/2022/03/31/ini-175-sifat-orang-gayo-yang-mengekspresikan-perasaan-hati-terungkap-dalam-bincang-budaya

Yusradi Usman al-Gayoni Ditunjuk jadi Koordinator One Week One Juz Musara Gayo Jabodetabek

JAKARTA, SUARAGAYO.Com – Warga One Week One Juz (OWOJ) Musara Gayo Jabodetabek menunjukYusradi Usman al-Gayoni sebagai koordinator, pasca meninggalnya Junsen Mencerlo, sebagai koordinator OWOJ sebelumnya. “Koordinator OWOJ, Junsen Mencerlo, berpulang ke rahmatullah beberapa waktu yang lalu (18/9). Makanya, ditunjuk pemimpin OWOJ yang baru,” kata Almujaini Abdul Karim, Wakil Ketua III Musara Gayo Jabodetabek sekaligus Pembina OWOJ, Jakarta, Senin (27/9/2021). Sampai dua hari yang lalu, jelasnya, Sekretaris OWOJ Yusradi Usman al-Gayoni merangkap sebagai pelaksana koordinator OWOJ. “Karena dianggap perlu mengisi kekosongan koordinator, setelah dibahas, anggota OWOJ sepakat memilih Yusradi untuk memimpin OWOJ sampai berakhirnya periode kepengurusan Musara Gayo Jabodetabek, Desember 2022,” jelas Almujaini. Secara terpisah, Yusradi Usman al-Gayoni, mengungkapkan, ia sudah menyusun kepengurusan sebagai tindaklanjut pergantian koordinator tersebut. “Insya allah diumumkan hari ini, supaya cepat di-SK-kan dan bisa segera rapat kerja. Banyak yang disesuaikan melihat perjalanan dua tahun, persoalan, kebutuhan, dinamika, tantangan, dan perkembangan OWOJ,” ujar Yusradi. Dijelaskan Yusradi, sebelumnya pengelola inti OWOJ hanya koordinator dengan sekretaris dan dibantu ketua kelompok. Sekarang, organisasinya akan lebih besar, mengingat bertambahnya yang ikut OWOJ. Ditambahkan Yusradi, sejauh ini, OWOJ juga tidak memiliki keuangan (uang kas). “Saat ini, coba diupayakan. Ini penting, untuk operasional dan pengembangan OWOJ. Termasuk, membantu anggota OWOJ yang sakit dan memberikan santunan kepada anggota OWOJ yang meninggal dunia. Dalam dua tahun ini, sudah tiga anggota OWOJ yang meninggal dunia,” sebut Yusradi. Sekretaris Umum Musara Gayo Jabodetabek itu berharap, supaya OWOJ semakin berkembang dan maju. Bahkan, diharapkan bisa go national dan go global. Dengan demikian, Musara Gayo Jabodetabek dan orang Gayo ikut memasyarakatkan dan membudayakan membaca Alquran di tengah-tengah masyarakat Indonesia. “Kita mulai dari masyarakat Gayo terlebih dahulu, baik yang ada di Aceh maupun di berbagai daerah di Indonesia, dan ini sudah berjalan dalam dua tahun ini. Kita berupaya agar orang Gayo yang ada di luar negeri juga bisa ikut OWOJ, sebelum meluas ke nongayo,” sebut Yusradi. OWOJ merupakan salah satu kegiatan Musara Gayo Jabodetabek periode 2019-2022. Masing-masing kelompok terdiri dari 30 peserta. Setiap peserta membaca 1 juz berbeda setiap minggunya sampai khatam 30 juz selama 30 minggu. Sekarang, OWOJ Musara Gayo Jabodetabek sudah diikuti 540 peserta se-Indonesia. Sumber: https://suaragayo.com/yusradi-usman-al-gayoni-ditunjuk-jadi-koordinator-one-week-one-juz-musara-gayo-jabodetabek/

Selasa, 26 Juli 2022

Pusat Kajian Kebudayaan Gayo dan Mahara Publishing Gelar Bincang Budaya, Bahas 175 Sifat Orang Gayo

halaman7.com – Takengon: Pusat Kajian Kebudayaan Gayo dan Mahara Publishing menggelar Bincang Budaya pada Senin, 28 Maret 2022, malam. Ini kegiatan perdana dilakukan tahun ini. Sedangkan Pusat Kajian Kebudayaan Gayo sendiri sudah berdiri sejak 2004 dan baru dinotariskan pada 2006. Selama lima tahun pertam, 2006-2021 Pusat Kajian Kebudayaan Gayo ini dikelola alm Isma Tantawi. “Ada dua pengurus yang sudah berpulang ke rahmatullah. yakni Prof H Muhammad Daud SH. dan Drs Isma Tantawi MA. Karenanya, pusat kajian ini coba direstrukrisasi,” kata pendiri sekaligus Ketua Pusat Kajian Kebudayaan Gayo, Yusradi Usman al-Gayoni, dalam Bincang Budaya secara daring melalui zoom meeting tersebut. Yusradi menilai, apa yang dilakukan Kamarudin, Bantacut Aspala, dan Karmiadi, mengumpulkan sifat-sifat orang Gayo, menarik dan penting diketahui masyarakat luas. Lebih-lebih, dalam era digital, industri 4.0 dan artificial intelligence seperti sekarang Ini. “Ini luar biasa. Lebih lengkap dari penelitian alm Prof Melalatoa, pada 1989-an. Harapannya, peneliti dan penulis lainnya, bisa mendalaminya melalui keilmuan berbeda, dengan perspektif yang lebih luas,” harap Yusradi. Dalam paparannya, Kamarudin, penulis buku “Jirim Jisim: Aneka Sifat Manusia dalam Perspektif Gayo,” menjelaskan, jirim adalah segala hal yang berkaitan dengan tingkah laku, tindak tanduk atau gerak gerik. Sementara, jisim berarti mimik atau ekspresi wajah yang menggambarkan perasaan hati seseorang atau bentuk komunikasi nonverbal. “Dalam istilah Gayo disebut sirem. Misalnya, gere jeroh sirem me atau metuh sirem me. Jirim jisim juga dikenal dengan istilah begi, perange, fiil, perasat, unang, dan pel-oh,” sebut penyusun TTS Gayo tersebut. Dilanjutkan Kamarudin, yang terpenting, ke-175 sifat orang Gayo baik positif maupun negatif, terbukukan agar tidak hilang. Di samping itu, penting dijadikan pengetahuan bersama dan sebagai bahan evaluasi diri. Hal ini dilakukan sesuai amanah para leluhur, si osop iperahi, si ara ipejamuri. Sifat Positif Baca Juga Tutur Gayo Kurang Dikenal? Beberapa sifat positif, sebutnya, di antaranya, cerdik, yakni seseorang yang mampu mengubah tantangan menjadi peluang. Sesuai dengan falsafah Gayo “akal kin pangkal, kekire kin belenye”. Lalu, lisik, yakni giat, militan, dan tak kenal lelah. Sesuai pribahasa “lisik kati ara, hemat kati kaya”. Termasuk, bidik yang berarti cepat, cekatan. Hal ini sesuai dengan peribahasa “si pantas tir uloi, si lemem tir irai, enti sempat ketol rok mujadi nege, kalang pepot mujadi rara”. Terakhir, mersik, yakni memiliki jiwa/pendirian yang kokoh yang tak tergoyahkan. Misalnya, seorang pemimpin yang mampu menegakkan kebenaran, walaupun harus berisiko sakit atau pahit bagi dirinya. Sifat Negatif Sebaliknya, beberapa contoh sifat negatif, sebutnya, si tunging buyung, yakni mengumbar rahasia pribadi dan orang lain. Si rantol awis, yakni orang yang gemar berpindah-pindah tempat tinggal; dan retak tiris, yakni orang menyia-nyiakan harta. “Ke depan, mudah-mudahan bisa disempurnakan oleh peneliti, akademisi, dan penulis lainnya. Lebih beruet, kurang betamah, si tebel tarah, si tipis tamah. Ines si kaya rues, pelu si kaya tungku,” ujarnya. Diungkapkan Kamarudin lebih lanjut, sifat-sifat itu, dikumpulkannya dari orang-orang tua dan bahkan dari masyarakat biasa yang biasa berinteraksi sehari-hari, baik di Gayo Lut maupun Gayo Deret. “Selanjutnya, menggali maknanya kepada orang-orang tua yang menurut kami paham tentang hal ini,” tuturnya. Kegiatan bincang budaya tersebut diikuti 25 peserta yang terdiri dari penulis, akademisi, peneliti, pamong budaya, wartawan, tokoh masyarakat, dan Balai Pelestarian Nilai Budaya (BNPB) Aceh-Sumut Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemendikbudristek-Dikti).[ril | red 01] Sumber: https://halaman7.com/2022/03/bincang-budaya-mengenal-sifat-positif-dan-negatif-suku-gayo/ tanggal 29 Maret 2022

Berasal dari Kalangan Muda yang Berintegritas, Berkapasitas, dan Berkompetensi, Diyakini Bisa Bawa Ikatan Musara Gayo Jabodetabek Lebih Maju

Pengurus Ikatan Musara Gayo Jabodetabek periode 2019-2022 resmi sudah terbentuk, tinggal saatnya memasuki masa pelantikan, dengan ketua umum Ahyar Gayo, SH. MH dan sekretaris Umum Yusradi Usman Al-Gayoni, S. S., M. Hum Salah seorang Penasehat Ikatan Musara Gayo Jabodetabek, Alwien Desry SH,. MH., yang membidangi Hukum dan advokasi menyatakan. Beliau merasa bangga dengan komposisi kepengurusan priode ini. Kepengurusan sekarang oleh karena dipercaya oleh mayoritas masyarakat Gayo Jabodetabek, maka legitimasinyapun cukup tinggi untuk menjalankan roda organisasi secara baik dan progresif. Menurut Alwien Desry, bukan hanya karena kepengurusan Ikatan Musara Gayo adalah hasil Mubes yang dilaksanakan pada 8 Desember 2019 yg lalu, tetapi juga dari komposisi pengurus dengan lintas generasi dan kompetensi, diyakini akan dapat bersinergi positif dalam melaksanakan dan mengeksekusi program kerja. Saya Merasa bangga dengan pengurus periode ini karena duet Ketua Ahyar Gayo dengan Sekretaris, sama sama berasal dari kalangan muda yg memiliki integritas, kapasitas dan kompetensi Kata Alwien, Sehingga yakin duet mereka akan membawa Ikatan Musara Gayo kepada keadaan yang lebih maju lagi. Demikian juga personel yang membidangi berbagai divisi dalam kepengurusan sangat proporsional sesuai dengan pengalaman dan skill yg dimiliki oleh mereka. Melalui sambungan telepon dalam perjalanan dari Ponorogo Alwin Desry menambahkan “Amanah yang diterima pengurus ini bukan hanya satu kebanggaan, sekaligus merupakan suatu tangung jawab yang sangat besar, karena baik dan buruknya organisasi ini ke depan ada di tangan pengurus dan teman-teman pengurus lainnya. Di akhir perbincangan ini Alwin mengajak kepada seluruh masyarakat Gayo, mari bersama sama membangun Ikatan Musara Gayo Jabodetabek dan menjadikan organisasi ini menjadi milik bersama dan memberikan kemanfaatan bagi semuanya. Sumber: https://www.musaragayo.com/2020/01/alwien-desry-optimis-kepengurusan.html