Takengon | Lintas Gayo – Beberapa waktu yang lalu, terjadi kebarakan di Bur Gayo dan Pendere, Takengon, Kabupaten Aceh Tengah. Selain itu, oleh Pemerintah Kabupaten Aceh Tengah sedang giat-giatnya menimbun Tanggul Mendale, yang berdampak pada spesies burung yang ada di sana.
Dimintai tanggapannya melalui sambungan telepon (27/9) Yusradi Usman al-Gayoni, pengkaji bahasa Gayo menuturkan, kebakaran dan penimbunan tersebut ikut berdampak pada bahasa. Lebih luas, berdampak pada kebudayaan, ekologi, dan kelangsungan peradaban orang Gayo sendiri.
Pastinya, di gunung (bur: bahasa Gayo) itu, jelas penggiat kajian Ekolinguistik (Ekologi Bahasa) tersebut ada keanekaragaman hayati baik hewan, tumbuhan, maupun mikroorganisme lainnya. Akibat kebakaran itu, tambah bapak Muhammad Faiz Akbar al-Gayoni ini, hewan, tumbuhan, dan mikroorganisme yang ada pun ikut terbakar dan mati.
Alhasil, sambungnya, untuk jangka panjang, masyarakat Gayo, khususnya generasi yang lebih muda, tidak lagi mengenal istilah-istilah yang bertalian dengan rumput, tanaman, pepohonan, hewan, mikroorganisme, dan lain-lain, khususnya dalam bahasa Gayo. Karena, referen (wujud fisik)-nya tidak ada lagi. Termasuk, kearifan ekologi yang dikandunginya seperti menamam jedem di kaki gunung dan menanam uluh (bambu) di seputar Danau Laut Tawar.
“Soal Tanggul Mendale, kalau kebijakan penimbunan itu tetap diteruskan, khususnya spesies burung-burung di sana akan bermigrasi ke tempat lain,” kata Yusradi. Akibatnya, siklus kehidupan jadi tidak seimbang. Lebih dari itu, panjang Danau Laut Tawar pun semakin mengecil, tercermari, dan rusak. Di sisi lain, katanya, dukungan dokementasi terkait pun belum ada. Lebih disayangkan lagi, Sarak Opat dengan unsur-unsurnya sudah tinggal nama.
Kalau bahasa ini mau selamat, tegasnya, bahasa Gayo harus tetap dipakai, dipelajari, dan diajarkan masyarakat Gayo. Selanjutnya, memperbanyak dokumentasi kebahasaan/kegayoan. Dan terakhir, untuk mendukung pemertahanan bahasa (kebudayaan) Gayo, lingkungan di Takengon dan tanoh Gayo juga mesti diselamatkan agar tetap hijau dan lestari (Khalis)
Sumber http://www.lintasgayo.com/10908/lingkungan-rusak-bahasa-punah.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar